Newtizen.com – Arif Hidayat – Kira-kira pada awal abad ke-20 an, paham perekonomian masih sangat kental dengan faham “laissez faire- laissez passer”, seperti yang diinginkan oleh kaum klasik dan neo klassik. Didasarkan pada pendapat J.B Say yang mengatakan bahwa penawaran akan selalu berhasil menciptakan permintaanya sendiri (supply creates it’s own demand). Dengan begitu perusahaan berlomba-lomba untuk memproduksi barang sebanyak- banyaknya. Akibatnya, produksi yang begitu banyak tak terkendali. Dan sampai pada tahun 30 an akhirnya dunia mengalami ekonomi yang maha dahsyat (depresi besar-besaran). Perekonomian ambruk, pengangguran merajalela, dan inflasi tinggi tak terkendali. Krisis yang dialami Negara Negara maju ini, bahkan sampai beberapa pihak menyatakan bahwa ramalan mark tentang kejatuhan kapitalis menjadi nyata.
Dalam situasi krisis yang maha dahsyat tersebut pakar- pakar ekonomi klasik dan neo-klasik sama sekali tak bisa menjelaskan apa yang terjadi, apalagi memberikan jalan keluar. Persoalan yang terjadi terbilang sangat baru yang tak dijumpai di saat-saat sebelumnya. Dan di saat suasana yang berkecamuk inilah lahir seorang pakar ekonomi yang kemudian menjadi sangat berpengaruh, yaitu J.M Keynes.
Atas depresi besar-besaran yang tejadi kala itu tentu merangsang timbulnya pertanyaan, bahwa ada yang salah mungkin dalam teori ekonomi yang dikembangkan oleh mazhab klasik dan neo-klasik. Keynes pun menyerap seperti apa teori klasik dan neo-klasik. Lalu mencari kenapa system ekonomi yang didasarkan pada teori klasik dan neo-klasik bisa luluh lantah.
Keynes banyak mengkritik teori yang dikembangkan mazhab klasik dan neo-klasik. Salah satunya Keynes berpendapat bahwa teori mazhab klasik dan neo-klasik hanya relevan diterapkan dalam system ekonomi mikro yang sederhan dan tak relevan apabila diterapkan dalam system ekonomi makro.
Dan sebenarnya Keynes percaya akan “faham laissez faire- laissez passer”, akan tetapi menurutnya itu akan sangat lama. Keynes pernah berkata “in the long run we`re all dead”, dalam jangka panjang kita akan mati. Dan menurutnya satu satunya jalan untuk menuju titik seimbang adalah intervensi pemerintah.
Baca juga
Student Loan dan Mutu Lulusan Perguruan Tinggi
John meynard Keynes (1883-1946), adalah dosen di Cambridge University. Gelar dosen dia dapat di usia kurang dari 30 tahun. Orangtuanya john Neville Keynes, juga seorang ahli ekonomi yang cukup disegani. Pengaruh Keynes sangat besar dalam perjanjian Bretton woods tahun 1946 dan dalam pembentukan badan moneter internasional IMF (internasional monetary fund). Atas jasa jasanya yang besar dia diangkat menjadi “baron”, gelar kebangsawanan yang sangat tinggi di eropa.
Oleh para tokoh ekonom Keynes disebut bapak ekonomi modern. Karna buah pemikiranya tentang ekonomi makro. Dan pemikiranya ini menandai runtuhnya fondasi ekonomi kaum klasik.
PEMIKIRAN DAN KRITIK EKONOMI KEYNES
Underemployment Ekuilibrium
Mazhab klasik dengan faham laissez faire- laissez passer nya berpandangan bahwa dengan fahamnya itu perekonomian akan selalu menuju pada keseimbangan (ekuilibrium). Keseimbangan yang dimaksud adalah kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh dari balas jasa atas factor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa, dll. Dan factor produksi itu akan digunakan sepenuhnya untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Inilah yang dimaksud J.B. Say dengan penawaran akan selalu berhasil menciptakan permintaanya sendiri (supply creates it’s own demand).
Posisi ekuilibrium ini dianggap sebagai keadaan yang normal. Jika terjadi perubahan keadaan, missal kelebihan produksi, kekurangan konsumsi, pengangguran, maka itu dianggap pergeseran yang temporer(sementara). Dan nanti akan ada invisible hand (tangan tak kentara) yang akan menyetabilkanya. Mereka juga percaya bahwa adanya keseimbangan semua sumberdaya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (full employment),dan taka da pengangguran.
Akan tetapi pemikiran klasik tak sesuai dengan kenyataan yang dialami dalam depresi besar besaran di dasawarsa 30. Makadari itu Keynes memeriksa kembali system ekonomi klasik dan neo-klasik beserta asumsi dasarnya.
Akhirnya Keynes berasumsi bahwa dalam dunia modern belum tentu posisi ekuilibrium adalah posisi yang lazim. Dan keadaanya seperti pengandaian pengandaianya tadi. Dengan kata lain bahwa ketika proses kegiatan ekonomi dibiarkan begitu terus , underemployment ekuilibrium lah yang menjadi keadaan lazim. Bahkan dalam hal ini, Keynes mengkritik habis habisan. Bahwa hal ini adalah sesuatu yang keliru. Keynes mengatakan bahwa biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran. Karna biasanya permintaan dibuat efektif, karna adanya masyarkat yang menabung, asuransi, dll. sehingga menjadi lebih kecil dari total produksi. Inilah yang terjadi dalam dasawarsa 30. Produksi menumpuk, disisi lain daya beli terbatas. Sebagian perusahaan terpaksa mengurangi produksi, bahkan ada yang melakukan rasionalisasi dengan mengurangi produksi serta mengurangi pekerja-banyak pengangguran.
Peran Pemerintah Dalam Perekonomian
Mengacu pada depresi besar-besaran pada dasawarsa 30, Keynes merekomendasikan agar system perekonomian tidak begitu saja diserahkan pada mekanisme pasar. Dalam batas tertentu peran pemerintah sangat dibutuhkan. Misalnya, ketika banyak pengangguran pemerintah bisa memperbesar pengeluaranya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian pengangguran bisa bekerja lagi, dan otomatis menambah pendapatan masyarakat.
Ketika harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik jumlah peredaran uang dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi, sehingga infalsi bisa terkendali.
Dari berbagai kebijakan Keynes sering mengandalkan kebijakan fiscal. Dengan menyuntikan dana , berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek yang mampu menyerap tenaga kerja. Kebijakan ini dinilainya sangat ampuh untuk meningkatkan output dan memberantas pengangguran, terutama disaat sumber-sumber daya belum dimanfaatkan secara penuh.
Kalau diamati Keynes sependapat dengan marx bahwa system ekonomi klasik tidak bebas dari fluktuasi, krisis pengangguran, dll. Marx ingin menghancurkan system kapitalis, menggantikanya dengan sosialis. Namun sebaliknya Keynes ingin menyelamatkan system liberal.
Inti Pokok Pemikiran Keynes
Pada hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan konsep Keynes terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:
Hasrat Berkonsumsi (Propensity To Consume)
Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi, yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk berkonsumsi.
Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas (liquidity preference).Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas (independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas.
Efisiensi Marginal Dari Investasi Modal (Marginal Efficiency Of Capital)
Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di masa depan dari investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi tersebut adalah yang positif dan menguntungkan investor itu.
Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference)
Pada saat masa aliran monetarisme, timbul pertanyaan mengenai demand for money dan supply of money. Pertanyaan ini dijawab oleh Keynes dengan teorinya, liqudity preference, yang menjelaskan tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek dan tingkat bunga tersebut disesuaikan untuk menyeimbangkan demand ( permintaan ) for money dan supply (pasokan) of money.
Teori ini menegaskan bahwa tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa banyak uang yang ingin dipegang orang, alasannya karena tingkat bunga merupakan biaya peluang (opportunity cost) dari memegang uang. Ada tiga motif orang yang memegang uang: Motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.
Tentang Upah
Kaum klasik mengatakan bahwa sesuai dengan faham laissez faire- laissez passer, tenaga kerja akan dimanfaatkan secara penuh full employment. Walau dalam keadaan tertentu perusahaan harus menurunkan upah. Dan kaum klasik yakin para penganggur tetap akan mau bekerja walau dengan upah yang minimal
Pandangan klasik diatas ditolak Keynes. Menurut Keynes kenyataan pasar tenaga kerja tak demikian. Dimana para tenaga kerja punya serikat kerja (labor union) yang akan memperjuangkan kepentingan mereka.
Selanjutnya Keynes berpendapat bahwa tingkat upah bias turun memang (tapi kemungkinan ini sangat kecil menurutnya). Ketika upah turun, pndapatan masyarakat tentu akan turun, dan daya beli masyarakat tentu akan turun pula. Lalu ketika daya beli masyarakat turun akan diikuti oleh harga- harga yang turun.
Kalau harga-harga turun, kurva nilai produktivitas marginal labor yang dijadikan patokan oleh pengusaha akan turun. Kalau penurunan harga tak begitu besar,kurva nilai ini hanya turun sedikit. Walau begitu tetap saja labor yang tertampung semakin kecil. Yang lebih parah seandainya harga-harga turunya drastis. Ini menyebabkan kurva nilai turun drastic pula. Labor yang tertampung pun semakin kecil dan pengangguran akan meluas.
Tentang Tabungan (Saving)
Menurut Keynes, tingkat saving harus lebih tinggi dari plan investmen. Tapi juga tidak baik kalau tingkat saving-nya itu berlebihan, karena akan berdampak pada terjadinya kemerosotan (resesi) perekonomian bahkan terjadi depresi.
Neo-Keynesian – Teori Pertumbuhan Dan Pembangunan
Pandangan mereka disebut Keynesian kerena teori mereka merupakan determinasi pemikiran Keynes dan disebut Neo kerena pemikiran Keynes tersebut diperbaharui berdasarkan penelitian empiris yang lebih baru. Neo-Keynes merupakan penerus ajaran Keynes yang banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan usaha menjaga stabilitas perekonomian. Teori-teori tersebut menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi (business cycle) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan.
Fluktuasi Ekonomi (Business Cycle)
Pada masa sebelumnya, masalah fluktuasi ekonomi ini telah dibicarakan, namun pembahasannya hanya sepintas dikarenakan sudah begitu melekatnnya kepercayaan orang terhadap pemikiran klasik, yang mengatakan bahwa perekonomian akan selalu menuju keseimbangan dan tidak akan terjadi guncangan dalam perekonomian.
Pembahasan tentang fluktuasi ekonomi ini mendapatkan perhatian yang lebih serius pada era sesudah Keynes (Neo-Keynes). Mereka membahas teori fluktuasi ekonomi secara mendalam karena mereka memerlukan teori-teori yang mampu menjelaskan apa yang menyebabkan perekonomian tidak stabil dan yang lebuh penting lagi adalah apa tindakan dan kebijakan yang dapat dilakukan untuk mencegah gerak perekonomian yang berfluktuasi tersebut agar menjadi lebih stabil.
Bagi kaum Neo-Keynes, fluktuasi ekonomi terjadi karena dua penyebab utama. Pertama, terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat investasi dan rendahnya tingkat konsumsi. Kedua, fluktuasi terjadi karena tidak adanya mekanisme koreksi yang mampu mendorong perekonomian pada keseimbangan full-employment, yang disebabkan oleh kakunya harga dan tingkat upah dalam mekanisme penyesuaian. Kerena perekonomian tidak selalu berada pada keseimbangan, sering terjadi fluktuasi. Ketidakseimbangan perekonomian yang berkaitan dengan pengangguran dan inflasi menyebabkan kaum neo-keynesian percaya perlunya intervensi dari pemerintah sebagai langkah koreksi.
Berikut Tokoh-Tokoh Pemikir Yang Fenomenal Dari Kaum Neo-Keynesian:
Alvin Harvey Hansen
Hansen berhasil menyusun secara sistematis serangkaian pikiran dasar Keynes dalam suatu kerangka analisis yang rapi dan utuh. Dia dengan jelas menujukkan hal-hal pokok pada sistem pemikirannya dalam ramifikasinya terhadap kebijakan negara secara langsung dan tidak langsung.
Hansen banyak menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi, penyebabnya, dan cara mengatasinya. Menurutnya fluktuasi ekonomi terjadi karena adanya gerak naik turun dan determinan terhadap pendapatan nasional. Karenanya ia banyak mengupas tentang pendapatan nasional. Dan mengaitkan pendapatan nasional investasi, dan kesempatan kerja, dengan fluktuasi ekonomi.
Joseph Schumpeter
Dari masa-masa sebelumnya, pakar pertama yang lebih serius dalam mengembang teori pertumbuhan adalah Schumpeter. Bagi dia, pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah adanya entepreneur. Entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau manajer, melainkan juga seseorang yang mau menerima risiko dan menghasilkan produk dan teknologi baru dalam masyarakat.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan, masyarakat yang menghargai dan merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru, seperti lingkungan masyarakat penganut laissez faire. Dalam masyarakat yang demikian, insentif bagi penemuan baru lebih tinggi.
Juga depresi tahun 30-an, menurut Schumpeter, bukan karena kelemahan sistem kapatilis tetapi justru karena kekuatannya, yang pada saat itu perekonomian sedang berada dalam salah satu titik terendah dalam suatu gelombang panjang. Jika ditemukan inovasi dan teknologi baru, perekonomian akan membaik kembali.
Simon Kuznets
Kuznets berperan dalam kegiatan yang bersangkut-paut dengan data statistik yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu pengetahuan dengan kerangka analisis berdasarkan teknik dan metode matematika canggih. Kuznets memantau kegiatan ekonomi dalam masyarakat dengan berpangkal pada suatu kerangka perhitungan nasional dengan dilengkapi tentang unsur-unsur komponen dalam pendapatan nasional.
Berkat karya kuznets tersebut, pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes dapat diberikan wujud nyata secara kuantitatif-empiris, seperti mengenai hubungan antara pendapatan-konsumsi-tabungan-investasi dalam masyarakat secara agregat. Dan segala sesuatu itu dapat diamati dan dikaji secara berturut-turut sesuai tahapan dalam perkembangan waktu. Hal ini dikenal sebagai time series analysis. Dengan teri ini kita bias menghitung pertumbuhan ekonomi lebih eksak.
Paul Samuelson
Di bawah pengaruh Samuelson, kerangka dasar pemikiran Keynes disempurnakan sampai pada tingkat yang lebih manju dan dalam lingkup pembahasan yang lebih luas.
Ada dua hal yang berjasa dari ulasan Samuelson. Pertama, diperlihatkannya tentang hubungan timbal-balik antara faktor multiplier dan asas accelerator, yang berimplikasi bahwa multiplier dan accelerator saling memperkuat perannya dalam jalannya perekonomian secara agregat. Permintaan efektif dari masyarakat dipengaruhi oleh investasi langsung (autonomous investment), yang selanjutnya melalui faktor angka pengganda (multiplier) menyebabkan tambahan pendapatan dengan berlipat. Permintaan efektif pun dapat diberi stimulan yag berawal dari pengeluaran konsumen, yang selanjutnya melalui asas accelerator secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya investasi (induced investement).
Bidang kedua adalah mengenai lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional. Samuelson memperjelas hubungan antara kebijakan fiskal dengan keseimbangan dalam lalu lintas pembayaran internasional. Hal ini memperllihatkan peranan foreign trade multiplier (dampak multiplier yang berasal dari perdangan luar negeri) dan berbagai kemungkinan penyimpangan dari keseimbangan internasional. Di sini dapat dilihat adanya integrasi mengenai segi ekulibrium internasional ke dalam kerangka umum teori ekonomi makro.
Walt Withman Rostow
Teori pembangunan yang paling terkenal adalah ulasan dari Rostow, yang mengatakan bahwa negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan sebagai berikut.
Tahap tradisional statis
Yang dicirikan oleh keadaan IPTEK yang masih sangat rendah dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan dan perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian-pedesaan. Struktur sosial-politik masih kaku.
Tahap transisi
IPTEK mulai berkembang, sehingga produktivitas semakin meningkat dan industri semakin berkembang. Tenaga kerja mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, dan struktur sosial-politik semakin membaik.
Tahap lepas landas (take-off)
Dicirikan oleh keadaan suatu hambatan sosial-politik yang umumnya dapat diatasi. Tingkat kebudayaan dan IPTEK semakin maju, investasi dan pertumbuhan tetap tinggi, dan mulai adanya ekspansi perdagangan ke luar negeri.
Tahap dewasa
Masyarakat semakin tinggi penguasaan IPTEK, sehingga terjadi perubahan komposisi angkatan kerja di mana jumlah skilled labor lebih banyak daripada unskilled labor. Serikat dagang dan gerakan buruh semakin maju dan berperan. Pendapatan perkapita tinggi.
Tahap mass consumption
Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan aman tentram, dan laju pertumbuhan penduduk semakin rendah.
Proses di atas hanya bisa berlangsung jika dipenuhi beberapa kondisi, seperti pemerintahan yang stabil, adanya perbaikan tingkat pendidikan, adanya kelompok inovator dan wiraswastawan, meningkatnya tabungan dan investasi hingga mencapai 10 persen dari pendapatan nasional, dan adanya reformasi sosial.
New-Keynesian
Nicholas Gregory Mankiw
Mankiw adalah Professor Ekonomi di Harvard University. Penelitiannya mencakup banyak bidang dalam ilmu ekonomi dan meliputi berbagai tulisan mengenai penyesuaian harga, perilaku konsumen, pasar keuangan, kebijakan moneter dan fiskal, dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam konsep makroekonominya yang sangat terkenal dan merupakan bidang ahlinya, Mankiw menawarkan keseimbangan dalam pembahasan isu-isu makroekonomi jangka pendek dan jangka panjang, mengintegrasikan wawasan teori klasik dan teori Keynes, menyajikan teori ekonomi dengan beberapa variasi model sederhana, dan memberikan penekanan bahwa makroekonomi adalah disiplin ilmu empiris yang banyak berkaitan dengan bidang-bidang ilmu lainnya.
Mankiw merumuskan teori-teori ekonomi ke dalam “Ten Principles of Economics”-nya. Tujuannya adalah untuk menjelaskan overview tentang apa itu ekonomi. Kesepuluh prinsip tersebut adalah:
- Orang menghadapi berbagai trade-off (efisiensi dan equality)
- Biaya adalah sesuatu yang dikorbankan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu hal yang lain
- Orang rasional berpikir terhadap margin (perubahan marginal)
- Orang bereaksi terhadap insentif
- Perdagangan/pertukaran dapat membuat setiap orang menjadi lebih baik
- Pasar merupakan sebuah solusi yang baik untuk mengorganisir aktivitas ekonomi (tentang ekonomi pasar)
- Pemerintah terkadang dapat meningkatkan kinerja pasar (tentang kegagalan pasar, eksternalitas, dan kekuatan pasar)
- Standar hidup sebuah negara bergantung pada kemampuannya dalam memproduksi barang dan jasa (tentang produktivitas)
- Harga-harga meningkat ketika pemerintah mencetak uang terlalu banyak (tentang inflasi)
- Masyarakat menghadapi trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran (tentang fluktuasi ekonomi)
David Romer
Romer adalah Professor ekonomi politik di University of California, Berkeley. Dia merupakan pakar ekonomi di bidang makroekonomi. Dalam karya terbarunya, Romer bekerja sama dengan istrinya, Christina Romer, pada kebijakan fiskal dan moneter dari tahun 1950 hingga saat ini, dengan menggunakan catatan dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan bahan-bahan dari staf The Fed untuk mempelajari bagaimana Federal Reserve membuat keputusan. Karyanya menunjukkan bahwa beberapa dari kredit untuk pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil pada tahun 1950, should lies dengan good policy oleh Federal Reserve, di samping itu anggota FOMC telah membuat keputusan yang lebih baik dengan mengandalkan lebih dekat pada perkiraan yang dibuat oleh staf The Fed tersebut.
Baru-baru ini, Romers (David dan Christina) berfokus pada dampak kebijakan pajak pemerintah dan pertumbuhan ekonomi secara umum. Karya ini terlihat pada catatan sejarah perubahan pajak Amerika Serikat dari 1945-2007, tidak termasuk perubahan pajak endogen, yang dibuat untuk melawan resesi atau meringankan biaya pengeluaran baru pemerintah. Ia menemukan bahwa ada peningkatan pajak eksogen, dibuat misalnya untuk mengurangi pewarisan defisit anggaran, mengurangi pertumbuhan ekonomi (meskipun dengan jumlah yang lebih kecil setelah tahun 1980 dari sebelumnya). Romers juga menemukan, “Tidak ada dukungan untuk hipotesis bahwa pemotongan pajak mengendalikan pengeluaran pemerintah, memang pemotongan pajak bisa saja meningkatkan pengeluaran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efek utama dari pemotongan pajak pada anggaran pemerintah adalah mendorong timbulnya peningkatan pajak berikutnya”
Ia juga menulis tentang beberapa mata pelajaran bagi ekonom makro, seperti “Do Students Go to Class? Should They?” dan “Do Firms Maximize? Evidence from Professional Football”.
Kebijakan fiskal Vs Moneter
Kebijakan fiskal adalah merujuk pada kebijakan pemerintah yang dibuat untuk mengarahkan suaatu ekonomi Negara melalui pengeluaran dan pendapatan berupa pajak. Berbeda dengan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mensetabilkan perekonomiandengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Beberapa pakar, dipimpin Keynes dan para pengikutnya menganggap kebijakan moneter dengan cara memanipulasi jumlah uang beredar tidak efektif dalam menstabilkan perekonomian. Sebaliknya mereka percaya bahwa yang lebih ampuh adalah kebijakan fiskal.
Ada lima hal yang yang perlu diperhatikan dari pemikiran pasca Keynes.
- Penyesuaian lebih banyak terjadi lewat penyesuaian kwantitas daripada harga.
- Pendistribusian pendapatan antara laba dan upah penting dalam penentuan investasi.
- Ekspektasi, bersama –sama dengan laba adalah penentu utama investasi.
- Unsur kelembagaan kredit dan keuangan berintegrasi mempengaruhi siklus ekonomi
- Focus mereka menjawab pertanyaan mengapa perekonomian tidak bekerja dengan mulus sesuai asumsi klasik.
Daftar Pustaka
Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Keempat Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/kebijakan fiskal
tbahran.blogspot.com/2012/08/pemikiran-konsep-ekonomi-keynes.html
Pernah diterbitkan di visionergroup.wordpress.com
Arif Hidayat, Kolumnis
Tinggalkan Balasan