Newtizen.com – Sego Wiwit merupakan salah satu sajian kuliner tradisional yang sudah ada dari nenek moyang kita terutama di wilayah Jawa. Sego Wiwit berasal dari dua kata dalam Bahasa Jawa, yakni “sego” yang artinya nasi dan “wiwit” yang artinya permulaan. Biasanya Sego Wiwit yang sering dijumpai dalam tradisi Wiwitan berisikan nasi tumpeng, sayur kluwih, ikan asin (iwak pethek), telur ayam kampung rebus, sambal gepleng. Adapun sambal gepleng bukanlah sambal yang wujudnya seperti sambal-sambal pada umumnya. Sambal ini terbuat dari kedelai hitam yang disangrai dan ditumbuk hingga halus. Walaupun demikian, lauk atau sayur maupun isian yang ada di Sego Wiwit di masing-masing wilayah berbeda.
Sego Wiwit ini menjadi sajian makanan yang khas di kalangan para petani dan menjadi tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat dalam tradisi Wiwitan. Biasanya para petani akan membawa Sego Wiwit ke sawah pribadi yang akan dipanen dan akan diiringi dengan doa. Makna dibalik pelaksanaan tradisi wiwitan adalah ritual sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas panen padi yang melimpah dan memohon agar hasil panen di musim tanam berikutnya lebih baik. Selain itu, tradisi ini juga merupakan bagian dari wujud keselarasan dalam ajaran Islam yaitu Hablum Minallah (hubungan makhluk dengan Allah), Hablum Minannas (hubungan manusia dengan manusia), dan Hablum Minal’alam (hubungan dengan alam sekitar).
Baca juga
Beberapa hal yang dilakukan dalam tradisi Wiwitan yaitu doa bersama, memotong sebagian padi yang sudah siap panen, dan menikmati Sego Wiwit bersama-sama. Wiwit yang dimaksud dalam permulaan ini adalah memulai dalam memanen padi yang sudah siap panen. Makanan ini pada zaman dahulu hanya bisa didapatkan ketika sedang terjadi musim panen padi. Namun, seiring berjalannya waktu Sego Wiwit ini sudah jarang dibuat karena sebagian masyarakat berpikiran modern dan sudah tidak melakukan tradisi tersebut.
Sego Wiwit memang tidak mudah dijumpai di warung-warung makan biasa, namun kini di beberapa restoran atau rumah makan telah menyediakan menu tersebut. Sehingga bagi yang penasaran atau ingin bernostalgia menikmati menu makanan tersebut tidak harus menunggu masa panen padi tiba. Salah satu tempat makan yang dapat dikunjungi dan menghidangkan menu makanan tersebut yakni Dadap Sumilir yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Bahkan, Sego Wiwit ini menjadi menu andalan atau best seller yang ada di Dadap Sumilir.
Dadap Sumilir berupaya untuk mengangkat kearifan lokal Kulon Progo melalui kuliner tradisional selain makanan geblek yang menjadi salah satu makanan khas Kabupaten Kulon Progo. Selain itu, secara geografisnya dikelilingi oleh persawahan yang luas dan deretan pegunungan menoreh sehingga memberikan nuansa sejuk khas pedesaaan juga seperti menikmati Sego Wiwit secara langsung di area persawahan yang luas membentang. Walaupun Sego Wiwit yang disajikan oleh Dadap Sumilir tidak sama persis seperti yang tersaji pada saat panen padi. Namun, menu makanan ini tetap menghidangkan Sego Wiwit yang hampir sama yaitu disajikan dengan dibungkus daun pohon jati dan berisikan sayur urap, ikan asin (iwak pethek), tempe garit, sambal gepleng, serta telur rebus. Selain itu, harga yang ditawarkan pun ramah di kantong sekitar Rp. 13.000,-.
Referensi:
Marlita Firdianti dan Satriyo Wibowo, “Persepsi Petani Tentang Tradisi Wiwitan dalam Era Modern Di Kalurahan Argorejo, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul”, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
https://jadesta.kemenparekraf.go.id/paket/sego_wiwit_2
Kontributor: Risma
Tinggalkan Balasan